BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Determinisme teknologi
dapat diartikan bahwa setiap kejadian atau tindakan yang dilakukan
manusia itu akibat pengaruh dari perkembangan teknologi. Perkembangan
teknologi tersebut tidak jarang membuat manusia bertindak di luar
kemauan sendiri. Pada awalnya, manusialah yang membuat teknologi, tetapi
lambat laun teknologilah yang justru memengaruhi setiap apa yang
dilakukan manusia. Zaman dahulu belum ada Hand Phone dan internet. Tanpa
ada dua perangkat komunikasi itu keadaan manusia biasa saja. Tetapi
sekarang dengan ketergantungan pada dua perangkat itu manusia jadi
sangat tergantung.
Pencetus teori determinisme
teknologi ini adalah Marshall McLuhan pada tahun 1962 melalui
tulisannya The Guttenberg Galaxy : The Making of Typographic Man. Dasar
teori ini adalah perubahan yang terjadi pada berbagai macam cara
berkomunikasi akan membentuk pula keberadaan manusia itu sendiri.
Teknologi membentuk cara berpikir, berperilaku, dan bergerak dari satu
abad teknologi ke abad teknologi selanjutnya di dalam kehidupan manusia.
Contohnya dari masyarakat yang belum mengenal huruf menjadi masyarakat
yang canggih dengan perlatan cetak maupun electronik. Inti determinisme
teori yaitu penemuan atau perkembangan teknologi komunikasi merupakan
faktor yang mengubah kebudayaan manusia. Di mana menurut McLuhan, budaya
kita dibentuk dari bagaimana cara kita berkomunikasi.
Sedangkan bila kita
mengetik kata Utopia” didalam mesin pencari Google di internet, kita
akan diberikan 15 juta halaman yang berisikan kata tersebut. 10 hasil
awal adalah hal-halyang sama sekali tidak berhubungan dengan “ Utopia”
yang kita bahas. Hal ini mencerminkan masih rendahnya antusiasme
terhadap topic tersebut, bahkan domain ‘utopia.com’ pun belum masih
dimiliki oleh siapapun. Dalam teori Utopia manusia telah mengalami
kemajuan yang sedemikian pesat. Modernitas manusia sudah tidak
terelakkan lagi. Manusia dalam titik kemajuan modernitas, telah dihantar
pada sebuah situasi yang sedemikian krusial. Modernitas telah membawa
manusia pada kemajuan teknologi yang sedemikian pesat. Teknologi modern
sudah menjadi alat perpanjangan tangan manusia. Manusia semakin
dipermudah oleh sarana-sarana teknologi yang ada.
Bahkan, teknologi telah
merasuki simpul-simpul kesenangan dan simbolisasi manusia. Kehidupan
manusia bisa sedemikian nyaman dan aman sehingga manusia “bisa tidur
nyenyak” dalam keterbatasannya sebagai manusia. Giddens pernah
menyatakan situasi semacam ini sebagai ontological security.
Modernitas, komunikasi dan teknologi modern telah melahirkan kisah
kebebasan beragama, kemajuan transpotasi, perkembangan teknologi
informasi, keterjaminan pangan, penerangan listrik, komunitas
melting pot, dan masih banyak lagi. Teknologi, komunikasi dan
modernitas telah mencanangkan janji dan ideologi kehidupan manusia yang
lebih baik, membuat manusia semakin pintar, lebih bahagia dan
sebagainya.
1.1 ISI
A. Determinisme Teknologi
Marshall McLuhan
Marshall McLuhan adalah pencetus dari teori determinisme
teknologi ini pada tahun 1962 melalui tulisannya The Guttenberg Galaxy :
The Making of Typographic Man. Dasar teorinya adalah perubahan pada
cara berkomunikasi akan membentuk cara berpikir, berperilaku, dan
bergerak ke abad teknologi selanjutnya di dalam kehidupan manusia.
Sebagai intinya adalah determinisme teori, yaitu penemuan atau
perkembangan teknologi komunikasi merupakan faktor yang mengubah
kebudayaan manusia. Di mana menurut McLuhan, eksistensi manusia
ditentukan oleh perubahan mode komunikasi.
Perubahan pada mode komunikasi membentuk suatu budaya dengan
melalui beberapa tahapan, yaitu :
1. penemuan dalam teknologi komunikasi
2. perubahan dalam jenis-jenis komunikasi
3. peralatan untuk berkomunikasi
Dengan dilaluinya ketiga tahapan di atas, maka akhirnya
peralatan tersebut membentuk atau mempengaruhi kehidupan manusia.
Selanjutnya akan terjadi beberapa perubahan besar yang terbagi dalam
empat periode/era, yaitu dapat dijelaskan dalam bagan di bawah ini :
Pertama, era kesukuan atau the tribal age. Pada periode ini,
manusia hanya mengandalkan indera pendengaran dalam berkomunikasi.
Mengucapkan secara lisan berupa dongeng, cerita, dan sejenisnya.
Kedua, era tulisan atau the age of literacy. Manusia telah menemukan alfabet atau huruf sehingga tidak lagi mengandalkan lisan, melainkan mengandalkan pada tulisan. Ketiga, era cetak atau the print age. Masih ada kesinambungan dengan alfabet, namun lebih meluas manfaatnya karena telah ditemukan mesin cetak. Keempat, era elektronik atau the electronic age. Contoh dari teknologi komunikasi yaitu telephon, radio, telegram, film, televisi, komputer, dan internet sehingga manusia seperti hidup dalam global village.
Kedua, era tulisan atau the age of literacy. Manusia telah menemukan alfabet atau huruf sehingga tidak lagi mengandalkan lisan, melainkan mengandalkan pada tulisan. Ketiga, era cetak atau the print age. Masih ada kesinambungan dengan alfabet, namun lebih meluas manfaatnya karena telah ditemukan mesin cetak. Keempat, era elektronik atau the electronic age. Contoh dari teknologi komunikasi yaitu telephon, radio, telegram, film, televisi, komputer, dan internet sehingga manusia seperti hidup dalam global village.
Teknologi komunikasi yang digunakan dalam media massa tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan manusia atau menurut Em Griffin (2003 :
344) disebut nothing remains untouched by communication technology. Dan
dalam perspektif McLuhan, bukan isi yang penting dari suatu media,
melainkan media itu sendiri yang lebih penting atau medium is the
message.
Contoh yang dapat ditemui dalam realita yaitu perkembangan teknologi yang semakin maju membuat segalanya serba ingin cepat dan instan. Teknologi sebagai peralatan yang memudahkan kerja manusia membuat budaya ingin selalu dipermudah dan menghindari kerja keras maupun ketekunan. Teknologi juga membuat seseorang berpikir tentang dirinya sendiri. Jiwa sosialnya melemah sebab merasa bahwa tidak memerlukan bantuan orang lain jika menghendaki sesuatu, cukup dengan teknologi sebagai solusinya. Akibatnya, tak jarang kepada tetangga dekat kurang begitu akrab karena telah memiliki komunitas sendiri, meskipun jarak memisahkan, namun berkat teknologi tak terbatas ruang dan waktu. Solusi agar budaya yang dibentuk di era elektronik ini tetap positif, maka harus disertai dengan perkembangan mental dan spiritual. Diharapkan informasi yang diperoleh dapat diolah oleh pikiran yang jernih sehingga menciptakan kebudayaan-kebudayaan yang humanis.
Contoh yang dapat ditemui dalam realita yaitu perkembangan teknologi yang semakin maju membuat segalanya serba ingin cepat dan instan. Teknologi sebagai peralatan yang memudahkan kerja manusia membuat budaya ingin selalu dipermudah dan menghindari kerja keras maupun ketekunan. Teknologi juga membuat seseorang berpikir tentang dirinya sendiri. Jiwa sosialnya melemah sebab merasa bahwa tidak memerlukan bantuan orang lain jika menghendaki sesuatu, cukup dengan teknologi sebagai solusinya. Akibatnya, tak jarang kepada tetangga dekat kurang begitu akrab karena telah memiliki komunitas sendiri, meskipun jarak memisahkan, namun berkat teknologi tak terbatas ruang dan waktu. Solusi agar budaya yang dibentuk di era elektronik ini tetap positif, maka harus disertai dengan perkembangan mental dan spiritual. Diharapkan informasi yang diperoleh dapat diolah oleh pikiran yang jernih sehingga menciptakan kebudayaan-kebudayaan yang humanis.
Marshall McLuhan,
media-guru dari University of Toronto, pernah mengatakan bahwa the
medium is the mass-age. Media adalah era massa. Maksudnya adalah bahwa
saat ini kita hidup di era yang unik dalam sejarah peradaban manusia,
yaitu era media massa. Terutama lagi, pada era media elektronik seperti
sekarang ini. Media pada hakikatnya telah benar-benar mempengaruhi cara
berpikir, merasakan, dan bertingkah laku manusia itu sendiri. Kita saat
ini berada pada era revolusi, yaitu revolusi masyarakat menjadi massa,
oleh karena kehadiran media massa tadi.
McLuhan memetakan sejarah
kehidupan manusia ke dalam empat periode: a tribal age (era suku atau
purba), literate age (era literal/huruf), a print age (era cetak), dan
electronic age (era elektronik). Menurutnya, transisi antar periode tadi
tidaklah bersifat bersifat gradual atau evolusif, akan tetapi lebih
disebabkan oleh penemuan teknologi komunikasi.
The Tribal Age. Menurut
McLuhan, pada era purba atau era suku zaman dahulu, manusia hanya
mengandalkan indera pendengaran dalam berkomunikasi. Komunikasi pada era
itu hanya mendasarkan diri pada narasi, cerita, dongeng tuturan, dan
sejenisnya. Jadi, telinga adalah “raja” ketika itu, “hearing is
believing”, dan kemampuan visual manusia belum banyak diandalkan dalam
komunikasi. Era primitif ini kemudian tergusur dengan ditemukannya
alfabet atau huruf.
The Age of Literacy.
Semenjak ditemukannya alfabet atau huruf, maka cara manusia
berkomunikasi banyak berubah. Indera penglihatan kemudian menjadi
dominan di era ini, mengalahkan indera pendengaran. Manusia
berkomunikasi tidak lagi mengandalkan tuturan, tapi lebih kepada
tulisan.
The Print Age. Sejak
ditemukannya mesin cetak menjadikan alfabet semakin menyebarluas ke
penjuru dunia. Kekuatan kata-kata melalui mesin cetak tersebut semakin
merajalela. Kehadiran mesin cetak, dan kemudian media cetak, menjadikan
manusia lebih bebas lagi untuk berkomunikasi.
The Electronic Age. Era ini
juga menandai ditemukannya berbagai macam alat atau teknologi
komunikasi. Telegram, telpon, radio, film, televisi, VCR, fax, komputer,
dan internet. Manusia kemudian menjadi hidup di dalam apa yang disebut
sebagai “global village”. Media massa pada era ini mampu membawa manusia
mampu untuk bersentuhan dengan manusia yang lainnya, kapan saja, di
mana saja, seketika itu juga.
Inti dari teori McLuhan
adalah determinisme teklologi. Maksudnya adalah penemuan atau
perkembangan teknologi komunikasi itulah yang sebenarnya yang mengubah
kebudayaan manusia. Jika Karl Marx berasumsi bahwa sejarah ditentukan
oleh kekuatan produksi, maka menurut McLuhan eksistensi manusia
ditentukan oleh perubahan mode komunikasi.
Kalau mau kita lihat saat
ini tidak ada satu segi kehidupan manusia pun yang tidak bersinggungan
dengan apa yang namanya media massa. Mulai dari ruang keluarga, dapur,
sekolah, kantor, pertemanan, bahkan agama, semuanya berkaitan dengan
media massa. Hampir-hampir tidak pernah kita bisa membebaskan diri dari
media massa dalam kehidupan kita sehari-hari. Dalam bahasa Em Griffin
(2003: 344) disebutkan, “Nothing remains untouched by communication
technology.
McLuhan juga menyebutkan
bahwa media massa adalah ekstensi atau perpanjangan dari inderawi
manusia (extention of man). Media tidak hanya memperpanjang jangkauan
kita terhadap suatu tempat, peristiwa, informasi, tapi juga menjadikan
hidup kita lebih efisien. Lebih dari itu media juga membantu kita dalam
menafsirkan tentang kehidupan kita.
Medium is the message.
Dalam perspektif McLuhan, media itu sendiri lebih penting daripada isi
pesan yang disampaikan oleh media tersebut. Misalkan saja, mungkin isi
tayangan di televisi memang penting atau menarik, akan tetapi sebenarnya
kehadiran televisi di ruang keluarga tersebut menjadi jauh lebih
penting lagi. Televisi, dengan kehadirannya saja sudah menjadi penting,
bukan lagi tentang isi pesannnya. Kehadiran media massa telah lebih
banyak mengubah kehidupan manusia, lebih dari apa isi pesan yang mereka
sampaikan.
Dilema yang kemudian muncul
seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi komunikasi
adalah bahwa manusia semakin didominasi oleh teknologi komunikasi yang
diciptakannya sendiri. Teknologi komunikasi bukannya dikontrol oleh
manusia namun justru kebalikannya, kita yang dikontrol oleh mereka.
Sebagai contoh, betapa
gelisahnya kita kalau sampai terlewat satu episode sinetron kesayangan
yang biasanya kita tonton tiap hari. Atau mungkin kalau kita sudah lebih
dari seminggu tidak membuka halaman Friendster di internet. Satu hari
saja tidak menonton televisi mungkin kita akan merasa betapa kita telah
ketinggalan berapa banyak informasi hari itu.
Kehadiran media massa, dan
segala kemajuan teknologi komunikasi yang lainnya, seharusnya menjadikan
kehidupan manusia lebih baik. Namun ketika yang terjadi justru
sebaliknya, kita menjadi didominasi oleh media massa dan teknologi
komunikasi yang semakin pesat tersebut, maka ini menjadi sebuah ironi.
- Teori Utopia Teknologi
Utopianisme
teknologi (sering disebut techno-utopianisme atau technoutopianism)
mengacu pada ideologi didasarkan pada keyakinan bahwa kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi pada akhirnya akan membawa utopia, atau
setidaknya membantu untuk memenuhi satu atau lain yang ideal utopis.
Sebuah techno-utopia Oleh karena itu masyarakat yang ideal hipotetis, di
mana undang-undang, pemerintah, dan kondisi sosial yang hanya
beroperasi untuk kepentingan dan kesejahteraan semua warga negaranya,
diatur dalam, dekat-atau jauh-masa depan ketika maju ilmu pengetahuan
dan teknologi akan memungkinkan standar-standar hidup yang ideal untuk
eksis, misalnya, kelangkaan pos, transformasi di alam manusia,
penghapusan penderitaan dan bahkan akhir kematian.
Pada abad ke-21
akhir 20 dan awal, ideologi dan gerakan beberapa, seperti tandingan
cyberdelic, Ideologi California, transhumanism, dan Singularitarianism,
telah muncul mempromosikan bentuk techno-utopia sebagai tujuan
terjangkau. Budaya kritikus Imre Szeman berpendapat utopianisme
teknologi merupakan narasi sosial yang tidak rasional karena tidak ada
bukti yang mendukungnya. Dia menyimpulkan bahwa apa yang menunjukkan
adalah sejauh mana masyarakat modern menempatkan banyak iman dalam
narasi Sejarah Teknologi utopianisme dari tanggal 19 sampai pertengahan
abad ke-20 Karl Marx percaya bahwa ilmu pengetahuan dan demokrasi adalah
tangan kanan dan kiri dari apa yang ia sebut bergerak dari wilayah
keharusan menuju wilayah kebebasan. Dia berargumen bahwa kemajuan dalam
ilmu pengetahuan membantu mendelegitimasi kekuasaan raja dan kekuasaan
Gereja Kristen.
Sosialis abad
ke-19, feminis dan republiken [meragukan - mendiskusikan] umumnya
pendukung logika dan sains. Techno-utopianisme, ateisme, dan
rasionalisme telah dikaitkan dengan Kiri, demokrasi revolusioner dan
utopis untuk sebagian besar dua ratus tahun terakhir. Radikal seperti
Joseph Priestley mengejar penyelidikan ilmiah sementara advokasi
demokrasi dan kebebasan dari tirani agama.
Robert Owen,
Charles Fourier, dan Henri de Saint-Simon di awal abad 19 terinspirasi
komunalis dengan visi mereka tentang evolusi ilmiah dan teknologi masa
depan umat manusia menggunakan akal sebagai agama sekuler. Radikal
menangkap evolusi Darwin untuk memvalidasi ide kemajuan sosial. Utopia
sosialis Edward Bellamy dalam Looking Backward, yang terinspirasi
ratusan klub sosialis di abad ke-19 akhir Amerika Serikat dan partai
politik nasional, adalah sebagai teknologi tinggi sebagai imajinasi
Bellamy. Untuk Bellamy dan Sosialis Fabian, sosialisme itu harus dibawa
sebagai konsekuensi menyakitkan dari pembangunan industri.
Marx dan Engels
melihat rasa sakit dan konflik yang terlibat, tetapi setuju tentang
akhir tak terelakkan. Marxis berpendapat bahwa kemajuan teknologi
meletakkan dasar tidak hanya untuk menciptakan sebuah masyarakat baru,
dengan hubungan properti yang berbeda, tetapi juga untuk munculnya
manusia baru yang menghubungkan kembali ke alam dan diri mereka sendiri.
Di bagian atas agenda kaum proletar diberdayakan adalah “untuk
meningkatkan jumlah tenaga produktif secepat mungkin.” Kiri abad ke-19
dan awal ke-20, dari demokrat sosial komunis, difokuskan pada
industrialisasi, pembangunan ekonomi dan promosi alasan, ilmu
pengetahuan dan gagasan kemajuan.
Salah satu
promosi seperti ilmu pengetahuan dan kemajuan sosial adalah promosi
eugenika. Memegang bahwa dalam studi keluarga, seperti Jukes dan
Kallikaks, ilmu pengetahuan telah membuktikan bahwa banyak ciri seperti
kriminalitas dan alkoholisme secara turun temurun, banyak menganjurkan
sterilisasi yang menampilkan sifat-sifat negatif. Program sterilisasi
paksa yang diterapkan di beberapa negara bagian di Amerika Serikat.
Setelah
Auschwitz, optimisme pandangan positivis menyebabkan konsepsi lebih
pesimis ilmu pengetahuan. Holocaust, seperti Theodor Adorno
digarisbawahi, tampaknya menghancurkan cita-cita Condorcet dan pemikir
lain dari Pencerahan, yang sering disamakan dengan kemajuan ilmu
pengetahuan kemajuan sosial. Teknologi utopianisme dari akhir abad ke-21
ke-20 dan awal The Goliath totalitarianisme akan dibawa turun oleh
David dari microchip.
Ronald Reagan,
The Guardian, 14 Juni 1989 Sebuah gerakan techno-utopianisme mulai
berkembang lagi dalam budaya dot-com pada tahun 1990-an, terutama di
Pantai Barat Amerika Serikat, terutama berbasis di sekitar Silicon
Valley. Ideologi California adalah seperangkat keyakinan menggabungkan
bohemian dan anti-otoriter sikap dari tandingan dari tahun 1960-an
dengan techno-utopianisme dan dukungan untuk kebijakan ekonomi
libertarian. Itu tercermin dalam, melaporkan, dan bahkan secara aktif
dipromosikan di halaman majalah Wired, yang didirikan di San Francisco
pada tahun 1993 dan bertugas selama beberapa tahun sebagai nomor “bible”
penganutnya
Bentuk
techno-utopianisme mencerminkan keyakinan bahwa perubahan teknologi
merevolusi urusan manusia, dan bahwa teknologi digital pada khususnya -
yang Internet hanyalah pertanda sederhana - akan meningkatkan kebebasan
pribadi dengan membebaskan individu dari pelukan kaku birokrasi
pemerintah besar. “Self-diberdayakan pekerja pengetahuan” akan membuat
hierarki tradisional berlebihan, komunikasi digital akan memungkinkan
mereka untuk melarikan diri kota modern, suatu “sisa usang dari zaman
industri”. Penganutnya mengklaim itu melampaui konvensional “kanan /
kiri” perbedaan dalam politik dengan rendering politik usang. Namun,
techno-utopianisme proporsional menarik pengikut dari ujung kanan
libertarian dari spektrum politik. Oleh karena itu, techno-utopian
sering memiliki permusuhan terhadap peraturan pemerintah dan kepercayaan
keunggulan dari sistem pasar bebas.
Tokoh “nubuat”
techno-utopianisme termasuk George Gilder dan Kevin Kelly, editor Wired
yang juga menerbitkan beberapa buku. Selama 1990-an booming dot-com,
ketika gelembung spekulatif memunculkan klaim bahwa era “kemakmuran
permanen” telah tiba, techno-utopianisme berkembang, biasanya antara
persentase kecil dari populasi yang karyawan startups internet dan /
atau dimiliki sejumlah besar berteknologi tinggi saham. Dengan
kecelakaan berikutnya, banyak dari dot com techno-utopian harus
mengendalikan beberapa keyakinan mereka dalam menghadapi kembalinya
jelas realitas ekonomi tradisional.
Pada akhir
1990-an dan khususnya selama dekade pertama abad ke-21, technorealism
dan techno-progresivisme adalah sikap yang telah meningkat di antara
para pendukung perubahan teknologi sebagai alternatif penting untuk
techno-utopianisme. [8] [9] Namun, utopianisme teknologi tetap dalam
abad ke-21 sebagai akibat dari perkembangan teknologi baru dan dampaknya
terhadap masyarakat. Misalnya, wartawan beberapa teknis dan komentator
sosial, seperti Mark Pesce, telah menafsirkan fenomena WikiLeaks dan
Amerika Serikat kabel diplomatik bocor pada awal Desember 2010 sebagai
pendahulu, atau insentif bagi, penciptaan masyarakat techno-utopia
transparan.
Prinsip Bernard Gendron, seorang profesor filsafat di University of Wisconsin-Milwaukee, mendefinisikan empat prinsip utopis teknologi modern di akhir abad ke-21 ke-20 dan awal sebagai berikut: Kami saat ini mengalami revolusi (pascaindustri) dalam teknologi; Di era pascaindustri, perkembangan teknologi akan dipertahankan (setidaknya); Di era pascaindustri, perkembangan teknologi akan mengarah pada akhir kelangkaan ekonomi; Penghapusan kelangkaan ekonomi akan mengarah pada penghapusan setiap kejahatan sosial yang besar.
Para kritikus
menganggap bahwa identifikasi techno-utopianisme tentang kemajuan sosial
dengan kemajuan ilmiah adalah suatu bentuk positivisme dan saintisme.
Kritik dari titik yang modern libertarian techno-utopianisme bahwa ia
cenderung untuk fokus pada “campur tangan pemerintah” sementara
mengabaikan efek positif dari peraturan bisnis. Mereka juga menunjukkan
bahwa ia memiliki sedikit untuk mengatakan tentang dampak lingkungan
dari teknologi dan ide-ide yang memiliki relevansi sedikit untuk banyak
dari sisa dunia yang masih relatif sangat miskin (lihat kesenjangan
digital global).
Pada tahun 2010
Kegagalan Sistem studinya: Minyak, keakanan, dan Antisipasi Bencana,
Kanada Penelitian Chairholder dalam cultural studies Imre Szeman
berpendapat bahwa utopianisme teknologi merupakan salah satu narasi
sosial yang mencegah orang dari bertindak pada pengetahuan yang telah
mereka mengenai dampak minyak terhadap lingkungan. Lihat alsoprogress
dan teknologi mengatasi hal, meskipun semua bukti yang sebaliknya.
1.3 Kesimpulan
Media
tak lain adalah alat untuk memperkuat, memperkeras dan memperluas
fungsi dan perasaan manusia. Dengan kata lain, masing-masing penemuan
media baru yang kita betul-betul dipertimbangkan untuk memperluas
beberapa kemampuan dan kecakapan manusia. Misalnya, ambil sebuah buku.
Dengan buku itu seseorang bisa memperluas cakrawala, pengetahuan,
termasuk kecakapan dan kemampuannya. Seperti yang sering dikatakan oleh
masyarakat umum, dengan buku, kita akan bisa “melihat dunia”.
Mengikuti teori ini, ada beberapa perubahan besar yang mengikuti
perkembangan teknologi dalam berkomunikasi. Masing-masing periode
sama-sama memperluas perasaan, dan pikiran manusia. McLuhan membaginya
ke dalam empat periode. Di dalam masing-masing kasus yang menyertai
perubahan itu atau pergerakan dari era satu ke era yang lain membawa
bentuk baru komunikasi yang menyebabkan beberapa macam perubahan dalam
masyarakat.
Contoh
yang dapat ditemui dalam realita yaitu :
Perkembangan
teknologi yang semakin maju membuat segalanya serba ingin cepat dan
instan. Teknologi sebagai peralatan yang memudahkan kerja manusia
membuat budaya ingin selalu dipermudah dan menghindari kerja keras
maupun ketekunan. Teknologi juga membuat seseorang berpikir tentang
dirinya sendiri. Jiwa sosialnya melemah sebab merasa bahwa tidak
memerlukan bantuan orang lain jika menghendaki sesuatu, cukup dengan
teknologi sebagai solusinya. Akibatnya, tak jarang kepada tetangga dekat
kurang begitu akrab karena telah memiliki komunitas sendiri, meskipun
jarak memisahkan, namun berkat teknologi tak terbatas ruang dan waktu.
Solusi
agar budaya yang dibentuk di era elektronik ini tetap positif, maka
harus disertai dengan perkembangan mental dan spiritual. Diharapkan
informasi yang diperoleh dapat diolah oleh pikiran yang jernih sehingga
menciptakan kebudayaan-kebudayaan yang humanis.