Jumat, 31 Mei 2013

“MEDIA SOSIAL MENGUBAH BUDAYA DAN POLA KOMUNIKASI YANG BERAKIBAT BERKURANGNYA KOMUNIKASI TATAP MUKA DI KALANGAN MAHASISWA STISIPOL CANDRADIMUKA PALEMBANG” .



1.1.      Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, perkembangan teknologi semakin canggih. Dari tahun ke tahun, temuan hasil karya-karya yang inovatif semakin memudahkan pekerjaan manusia. Teknologi tersebut sangat memudahkan manusia, terutama dalam hal berkomunikasi. Dari temuan sebelumnya seperti surat pos, kini “disulap” menjadi e-mail atau surat elektronik. Media massa seperti media cetak dan media elektronik juga berkembang pesat. Untuk memperoleh informasi yang cepat dan terbaru, kini cukup dengan internet. Berkembangnya internet menjadi trend masa kini, yang dikategorikan sebagai new media.
            Internet awalnya digunakan oleh Amerika untuk keperluan militer. Pencetusnya bernama ARPA-net yang menghubungkan satu komputer ke komputer lain. Kemudian berkembang dan akhirnya lahirlah sebuah internet (interconnected network). Internet awalnya digunakan di sebuah universitas di Amerika. Lama-kelamaan internet dapat diakses di setiap rumah-rumah melalui kabel telepon. Hingga sekarang internet dapat diakses melalui handphone, pc tablet, dan gadget-gadget lainnya.
Situs di internet atau biasa disebut web yang tersedia diakses oleh penggunanya yang tidak ada habisnya. Munculnya internet di masyarakat dapat melihat dunia lebih luas. Menurut Sardar (2008:159), “Pendukung web berpendapat bahwa web membuka era demokratisasi baru dengan memberikan kuasa kepada orang biasa untuk memproduksi dan menerima informasi dan hiburan dari seluruh dunia”.
            Internet banyak digunakan karena dapat berbagi informasi secara cepat. Beberapa situs yang tersedia yaitu media sosial atau social media. Media sosial yaitu media online, atau situs yang menyediakan penggunanya untuk berbagi tulisan, obrolan, dan lain-lain. Situs media sosial seperti blog, facebook, twitter, wordpress, friendster, myspace, google+ dan masih banyak lagi situs-situs lainnya.
Masyarakat yang menggunakan media sosial sebagai alat komunikasi, dapat mempererat hubungan satu sama lain. Dengan media sosial kita juga bisa menambah teman. Sebelum kita dapat terhubung dengan teman di media sosial, kita harus punya perangkat pendukung seperti komputer, handphone, atau gadget lainnya yang dapat mengakses internet. Media sosial diakses penggunanya bertujuan untuk saling berbagi informasi, saling berbagi foto atau video. Media sosial memang dirancang untuk itu, seperti halnya Facebook. Situs pertemanan ini dibuat oleh mahasiswa Amerika. Awalnya pengguna facebook hanya di kalangan universitas itu sendiri. Kemudian berkembang hingga sekarang penggunanya mencapai jutaan orang.
            Maraknya situs pertemanan di Indonesia disambut oleh masyarakat yang kebanyakan penggunanya adalah remaja. Penggunaanya dari tahun ke tahun semakin meningkat, mulai dari dewasa dan mewabah ke orang tua, bahkan anak-anak. Mereka menggunakan situs pertemanan karena kebanyakan remaja Indonesia cenderung mengikuti lifestyle yang terbaru. Apalagi didukung dengan teknologi terbaru yang kini sedang heboh-hebohnya juga, misalnya dengan smartphone atau pc tablet.
            Selain itu terdapat situs media sosial seperti blog, wordpress yang menyediakan penggunanya dapat memposting tulisan atau artikelnya.  Seperti halnya blog, disini kita dapat menulis dan mempostingnya sehingga dapat dilihat oleh pengguna lain. Isinya dapat berupa tentang kesehatan, ilmu pendidikan, catatan harian atau hal-hal lain yang kita tulis. Tulisan yang dimuat di blog atau wordpress dapat kita komentari sehingga terjadi komunikasi di dunia maya.
             Banyaknya situs media sosial yang populer dan berkembangya teknlogi, makin banyak pula masyarakat yang menggunakannya. Karena kebutuhan manusia tidak ada habisnya dan era saat ini masyarakat selalu sadar informasi. Tahun ke tahun pengguna situs media sosial di Indonesia semakin marak. Ada pula masyarakat mengambil kesempatannya ini sebagai media promosi, seperti berbisnis dan promosi lewat twitter atau facebook, berkampanye politik dan lain-lain. 
            Banyak produsen teknologi yang bersaing di Indonesia karena kesempatan pasar yang masyarakatnya “haus” gadget terbaru. Produsen membuat inovatif terbaru yang diminati oleh konsumen. Harga yang ditawarkan pun bisa dikatakan tidak mahal. Hanya dengan handphone mereka bisa mengakses internet, dan membuka situs media sosial yang disediakan. Media sosial yang banyak diakses adalah situs pertemanan. Mereka bisa menghabiskan berjam-jam dengan di depan komputer, atau dengan handphone yang didukung untuk mengakses internet. Aplikasi yang diberikan cukup beragam, seperti Facebook. Banyak fitur yang diberikan, seperti game, videocall, chatting, berbagi foto atau video, update status, dan masih banyak lagi. Menjelajah media sosial tidak ada habisnya. Hal ini bisa dikatakan bahwa ketergantungan masyarakat terhadap media sosial sudah mewabah di negeri ini.

         “Social media merupakan bagian dari teknologi yang tidak bisa dihindari. Artinya, teknologi itu akan datang dan kita tidak bisa menghindar. Misalnya ada sisi negatifnya lalu kita tidak boleh menggunakan itu, tentu tidak bisa. Teknologi merupakan keniscayaan sejarah, dengan segala konsekuensinya. Teknologi akan selalu datang. Ketika kita menghambatnya, berarti kita telah menghambat perkembangan dan pengetahuan manusia di muka bumi,” ujar Henry.
Memang teknologi tak bisa ditahan. Selama manusia masih mampu berpikir dan berinovasi, maka teknologi baru akan terus bermunculan. Setiap hari, setiap jam, bahkan setiap detik teknologi baru tercipta. Tak jauh berbeda dengan perkembangan media yang kini memasuki era new media atau sering dikatakan sebagai media masa depan. Menurut dosen Ilmu Komunikasi Institut Manajemen Telkom (IM Telkom), Alila Pramiyanti, S.Sos, M.Si, new media memiliki konsep cukup luas dan perkembangannya pun cukup pesat. Tilik saja perkembangan komputer, internet, handphone, smartphone, hingga tablet. Dengan perkembangan ini, banyak hal turut berubah, seperti kebiasaan, pola hidup, hingga cara berkomunikasi. Perubahan jelas berdampak positif maupun negatif. “Ketika teknologi komunikasi berkembang, cara orang berkomunikasi pun berubah, dan pasti ada efek positif dan negatifnya. Positifnya, arus informasi jadi lebih mudah, cepat, real time. Negatifnya, orang jadi kurang bertatap muka dan lebih asyik dengan gadget-nya,” kata Alila.

Perubahan Budaya
           Melihat budaya dahulu, berkomunikasi tatap muka merupakan hal yang terjadi setiap harinya. Karena manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Tidak mungkin seorang manusia tidak berinteraksi dengan orang lain sama sekali. Masyarakat tidak tergantung pada alat komunikasi modern seperti telepon. Budaya silaturahmi masih terasa saat itu, yang menjalin hubungan akrab antar satu sama lain. Berkenalan dengan orang lain pun, pastinya dengan “face to face”.
            Dengan hadirnya surat-menyurat kemudian muncul teknologi telepon, handphone atau sms, hingga media sosial, sedikit demi sedikit budaya tatap muka sangat jarang terjadi. Hadirnya internet yang memudahkan untuk mengakses media sosial, yang memudahkan untuk berkomunikasi sesama pengguna justru membawa pengaruh lain yang membentuk budaya baru. Sebagai contoh pengucapan hari raya Idul Fitri. Hari besar umat Islam ini di Indonesia dikenal dengan budaya silaturahmi. Dari rumah ke rumah, bersalaman dan bertatapan muka kepada sesama umat yang menjalankannya. Jarak yang dekat maupun jauh bisa bertemu langsung. Tetapi lama-kelamaan hadirnya media sosial, cukup dengan mengucapkan melalui media ini. Media sosial yang membentuk budaya baru memang memudahkan kita untuk berkomunikasi, tetapi budaya silaturahmi ini seakan-akan “luntur”.  
           
Salah satu penyebabnya yaitu modernisasi.
Modernisasi dapat diartikan sebagai perubahan masyarakat dari masyarakat tradisional yang selalu tertutup berubah menjadi masyarakat yang lebih terbuka terhadap informasi-informasi terbaru. Modernisasi yang tidak lain merupakan paham yang pada dasarnya berkiblat pada kehidupan kebarat-baratan baik dari segi budaya, gaya bahasa, maupun sampai dengan sesuatu yang prinsip dalam diri seseorang, ini merupakan sebuah perubahan yang tidak terlalu cocok dengan kebudayaan dan pedoman hidup orang di Indonesia (Arfin, dkk. 2010: 113)
            Budaya berkomunikasi melalui media sosial membawa dampak lain jika keseringan menggunakannya. Dalam buku teori komunikasi massa (McLuhan, dalam Andy dan Farid (eds), 2010: 39) mengatakan bahwa “dalam menggunakan media, orang cenderung mementingkan isi pesannya saja dan orang sering kali tidak menyadari bahwa media yang menyampaikan pesan itu juga memengaruhi kehidupannya”.
            Sebagai contohnya adalah Facebook. Situs pertemanan ini bisa membawa pengaruh negatif jika tidak menyikapinya dengan benar. Fenomena kemunculan situs-situs jejaring sosial semacam FB memberi dampak yang cukup signifikan dalam mengubah pola interaksi sosial antara sesama manusia dalam berkomunikasi (Pratiwi, Jurnal Komunikasi, No.2, April 2012: 152). Masyarakat yang aktif di dunia maya, belum tentu aktif di dunia nyata. Dalam hal berinteraksi secara langsung, mereka masih kurang. Mereka bisa menghabiskan waktunya hanya dengan “bermain” Facebook.
            Masyarakat yang masih mengandalkan media sosial sebagai alat komunikasi, mereka yang kurang berhati-hati dalam menyikapinya bisa saja melupakan teman-teman “fisik” disekitarnya. Mereka cukup berkomunikasi melalui media sosial tanpa bertemu langsung. Karena kurangya bertatap muka, bisa jadi seseorang “kurang mahir” dalam berbicara. Lama-kelamaan seseorang dapat melupakan kehadiran kehidupan nyata disekitarnya.
            Fenomena chatting, videocall, comment, update status, tweet, yang selalu melekat di kehidupan sehari-hari seolah-olah sangat penting. Tak jarang jika seseorang bertemu dengan sesama teman penggunanya secara langsung untuk meminta balasan pesan, “like statusku”, “balas commentku”. Bertatap muka pun beralih ke dunia maya. Mereka berkomunikasi cukup dengan media sosial. Apalagi media sosial yang didukung dengan aplikasi tambahan yang cukup menghibur. Mereka terjebak di dunia maya seakan tidak ada habisnya. Para pengguna internet hanyut dalam realitas virtual yang bersifat imajinatif bahkan fantasi (Adam, Jurnal Komunikasi, No.1, Oktober 2009 : 82).
            Online adalah sebuah kosakata umum dalam dunia keseharian kita yang merujuk pada koneksi kita dengan dunia internet (Adam, Jurnal Komunikasi, No.1, Oktober 2009 : 73). Budaya online sudah mewabah di masyarakat. Media sosial seperti Facebook, Twitter tidak ada peraturan kosakata yang digunakan. Masyarakat yang menggunakannya bebas menulis walaupun ejaannya kurang benar. Sering terjadi penyingkatan kata, yang memengaruhi dalam pembelajaran kosakata dengan benar. Sebagai contoh kata “kamseupay”, kata ini kepanjangan dari “kampungan sekali uh payah” merupakan sebutan dari seseorang yang “kampungan”, yang kurang trend, yang tidak mengerti lifestyle terkini. Dalam pembicaraan sehari-hari pun kata tersebut diucapkan jika terdapat sosok seseorang yang “kamseupay”. Sehingga budaya pengucapan yang benar menjadi berubah karena media sosial.

Perubahan Pola Komunikasi
         Perubahan pola komunikasi yang terjadi setelah tumbuhnya social media cukup besar. Dulu, konsep dasar komunikasi pada media adalah adanya komunikator yang sering dijabarkan sebagai media massa, kelompok besar atau organisasi, sementara komunikan adalah masyarakat yang hanya menerima dan memberikan respon atau feedback tertunda. Kini, konsep itu berubah drastis. Saat ini, individu dapat menjadi komunikator untuk khalayak luas. Seorang komunikan pun dapat berubah menjadi komunikator ketika ia dapat mengungkapkan atau mendorong bahkan mempropaganda masyarakat lainnya. 
         “Sekarang yang namanya audiens atau komunikan bisa sekaligus menjadi komunikator. Artinya, saat ini publik dapat menjadi komunikator, sedangkan dulu komunikator adalah media, institusi-institusi besar, dan organisasi-organisasi besar. Jadi, masyarakat dulu semi pasif atau bahkan pasif yang hanya menerima, kalaupun berkomentar sifatnya terbatas dan tertunda. Sekarang, masyarakat pengguna media konvensional pun kalah waktunya dibandingkan pengguna media modern semacam social media. Gadget lebih sering digunakan ketimbang menonton televisi atau membaca koran,” tutur Henry.
         Dia melanjutkan, “Apakah seseorang selama membuka social media akan diam saja? Tentu tidak. Ia akan baca,  forward pesan, komentar, bahkan membuat status atau twit baru, dan disebarkan. Ini berarti dia sudah menjadi komunikator. Jadi, publik menjadi komunikator untuk publik yang lain,” jelas Henry.
         Tak hanya pola komunikasi yang terus berubah jika dilihat dari sisi sejarahnya. Dosen Sekolah Komunikasi dan Multimedia (SKM) IM Telkom, Imansyah Lubis, S.Sos, M.Si. memaparkan, perubahan bermula dari komunikasi yang menggunakan simbol berbentuk grafik, gambar atau lukisan. “Dahulu orang berkomunikasi salah satunya dengan lukisan gua yang sifatnya piktorial dan visual, lalu diciptakan huruf misalnya huruf Mesir, Cina dan Jepang yang berasal dari gambar. Hingga saat ini munculah huruf-huruf yang dipahami. Nah, kini muncul lagi emoticon atau berbagai gambar, misalnya dalam sms, seperti bibir tersenyum dan sebagainya. Ini sebuah perubahan yang kembali kepada visual. Misalnya handphone dulu menggunakan tulisan ‘SMS’ atau ‘foto’ untuk menunjukkan menu tersebut. Tapi kini SMS (short message service) menggunakan lambang amplop dan foto dengan gambar kamera. Semuanya kembali kepada visual atau simbol, graphic user interface,” paparny.
         Lain halnya dengan Alila yang menyatakan, terjadi dua perubahan signifikan pola komunikasi. Pertama, berkurangnya komunikasi tatap muka. Padahal komunikasi tatap muka cukup penting untuk mengetahui bermacam bahasa tubuh yang tak bisa diungkapkan dalam kata-kata saat berbicara. “Bahasa tubuh, mimik wajah, intonasi suara yang spontan saat berbicara langsung tatap muka tak dapat tergantikan. Meski sekarang ada emoticon, menurut saya, tetap saja berbeda. Emoticon akan terbatas dan tak bersifat spontan. Komunikasi tatap muka akan lebih menemukan ekspresi manusia secara lebih luas lagi,” ungkap Alila.
         Senada Alila, Henry berpendapat, komunikasi tatap muka memang semakin berkurang setelah munculnya social media. Misalnya, pertemanan dan sosialisasi dengan tetangga cukup menurun ketimbang sebelum adanya new media. Padahal, “Komunikasi personal tetap penting, terutama untuk keluarga inti. Kalau kangen ke orang tua kan pengen ketemu langsung, apalagi orangtuanya tidak suka pakai twitter. Tapi di lingkungan lebih horisontal seperti ke tetangga, kenalan, dan sebagainya interaksi akan lebih banyak via social media,” tambah Henry
         Perubahan kedua menurut Alila, munculnya budaya texting yaitu terbiasa menulis dalam bentuk teks-teks singkat. Budaya texting ini juga berpengaruh terhadap kemampuan menulis (writing skill).  "Contohnya mahasiswa, mereka sering menggunakan gaya bahasa ataupun tulisan SMS atau BBM (Blackberry Messenger) dalam ujian sehingga pembahasan mereka lebih singkat, kurang lengkap, analisisnya kurang  mendalam. Menurut saya, kemampuan generasi sekarang agak menurun dalam writing skill, khususnya dalam analisis, membuat paper, marketing plan, atau menyusun karya ilmiah seperti skripsi. Mungkin karena mereka terbiasa dengan space terbatas,” katanya.
 
         Perubahan pola komunikasi akibat berkembangnya new media memang tak begitu disadari langsung masyarakat. Namun dari esensi dan nilai komunikasi amat terasa, sebab terkadang seseorang lebih sering berkomunikasi di dunia maya ketimbang berkomunikasi langsung di dunia nyata.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti mencoba untuk merumuskan masalah dengan tujuan untuk mengarahkan permasalahan yang akan diteliti, sehingga pada penelitian ini. Peneliti menyimpulkan rumusan masalah yang akan diteliti adalah, “MEDIA SOSIAL MENGUBAH BUDAYA DAN POLA KOMUNIKASI YANG BERAKIBAT BERKURANGNYA KOMUNIKASI TATAP MUKA DI KALANGAN MAHASISWA STISIPOL CANDRADIMUKA PALEMBANG” .

dibuat sebagai tugas ke 5 penulisan kreatif  ( latar belakang skripsi)

1 komentar:

  1. Oh, Yanti toh... Yuk mampir jugo ke blog Nisa :)

    http://ramadonaloves.blogspot.com/

    BalasHapus